Sukoharjo (20/07/18) Bertempat di Hotel Syariah Jl. Adi Sucipto No 47 Ds.Gonilan Kec.Kartasura Kab.Sukoharjo, pada hari Kamis (19/07) pukul 07.30 s.d 10.45 Wib, Mayor Jenderal TNI Wuryanto, S.Sos, M.Si hadir pada Halal Bi Halal dan Holakoh Ulama dengan tema "Pencegahan Radikalisme Dan Terorisme Di Jawa Tengah" yang di selenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Jateng bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ketua penyelenggara Dr. KH Ahmad Darodji,MSi (Ketua Umum MUI Jateng).
Di hadiri sekitar 150 orang diantaranya Irjen Pol Condro Kirono (Kapolda Jateng), Kolonel Inf Widi Prasetijono (Komandan Korem 074/Wrt), Letkol Inf Chandra Ariyadi Prakosa,Sip.M.Tr (Han) Dandim 0726/Skh), Kompol Ifan Hariyat , S.H, S.I.K (Wakapolres Sukoharjo), Letkol Inf Teguh Wibowo,S.Sos ( Kasi Intel Korem 074/Wrt), Letkol Inf Achsin,M.Si (Kasi Ter Korem 074/Wrt), Drs. Hasanuddin,MAg ( Komisi Fatwa MUI Pusat), Prof. Dr. Koeswinarno,MA (Kepala Litbang agama Semarang), KH. Dr. Fadlolan Musyafa,Lc.MA, Dr. KH. MA. Sahal Mahfudh ( Ketua dewan pimpinan MUI pusat), Drs.HM. Ichwan Sam ( Sekretaris Umum MUI Pusat), Dr. KH. Ahmad Darodji,MSi (Ketua Umum MUI Jateng ), Drs. H Muhyidin,M.Ag (Ketua Dewan MUI Jateng) dan para Perwakilan MUI Se-Jateng.
Pada kesempatan pertama Irjen Pol Condro Kirono (Kapolda Jateng) menyampaikan materi Deradikalisasi, beliau menyampaikan saat ini banyak penyalahgunaan faham Radikal lewat medsos, dimana mereka berusaha menyebarkan pengaruhnya lewat medsos. Pada forum ini kita semua harus bisa meluruskan Islam yang Lil Alamin yang mengayomi dan melayani umat, dan kalau melayani umat semoga tidak ada yang terpengaruh oleh kelompok kelompok yang tidak jelas.
Deradikalisasi bertujuan untuk memberikan pengetahuan agar merek tidak lagi kembali, penerapan deradikalisasi tetap akan di adakan pemberian sangsi hukum, mencegah radikal melalui deradikalisasi untuk melakukan penyebaran pengaruh agar masyarakat tidak mudah terpengaruh. Indonesia ini masyarakatnya banyak terdiri dari agama, sehingga perlunya ada pemahaman mengenai agama yang benar, yang di sampaikan radikal lewat medsos untuk menciptakan ketakutan, menciptakan teror dan kalau kita terpengaruh maka ini yang menjadi tujuan mereka. MUI Jateng sudah memulai pencegahan masuknya narkoba, dan saya mengucapkan terima kasih, karena MUI sudah mengawali. Kita harus terus bersatu padu untuk memerangi terorisme ini.
Selanjutnya Mayjen TNI Wuryanto (Pangdam IV/Dip) dalam materi yang disampaikan mengatakan bahwa Suatu negara itu ada karna adanya rakyat, wilayah pemerintah yang berdaulat dan tentunya negara Indonesia mempunyai cita cita Nasional, untuk menghadapi semua ancaman yang ada, negara Indonesia mempunyai tujuan yaitu untuk mencapai bangsa yang merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur dan tentunya kesadaran seluruh komponen bangsa juga diperlukan untuk memahami strategi Nasional dalam menghadapi setiap ancaman guna terwujud nya tujuan dan cita-cita bangsa.
Lalu bagaimana ancaman bangsa Indonesia satu ini, saudara sekalian ancaman yang kita hadapi saat ini bukan hanya ancaman militer namun juga non militer yang yang merasuk dalam sendi masyarakat, sekarang ancaman bersifat hibrida, ancaman militer terhadap bangsa Indonesia hanya bersifat konflik kecil. Secara ekonomi sekarang rupiah melemah, secara sosial budaya kewenangan sosial, konflik sara, narkoba, Perdagangan manusia, penipuan, KKN, dan kesatuan hukum yang rendah, bencana alam, teknologi kejahatan Cyber penyebaran virus dan lainya, semuanya dapat merusak bangsa Indonesia.
Berdasarkan data, pada akhir tahun 2016 kekuatan ISIS di dunia berjumlah sekitar 31.500 orang, dan 11.000 orang simpatisan, sedangkan di Asia Tenggara diperkirakan terdapat 1.000 orang simpatisan, dengan jumlah tersebut dunia saat ini sudah kewalahan menghadapi situasi ini dan muncul rasa takut dan mencekam yang terjadi di mana mana, muslim terbesar dunia sekitar 200 juta dari 250 juta penduduk, jika seandainya 0.5% saja menjadi simpatisan ISIS, berati ada 1 juta simpatisan ISIS yang berada di Indonesia, dan ini jumlah yang tidak sedikit dan ini tidak boleh terjadi.
Bagaimana kita akan mencegah dan memerangi radikalisme yang ada di Indonesia ini, kita meliat salah satu dalam Kajian buku, The Future Power karangan Josef S Nye.Jr yang di dapatkan bahwa aspek penanganan fisik bersenjata terhadap aksi terorisme hanya berkontribusi 1% di dalam penanganan akan permasalahan 99% penyelesaian radikalisme ini sangat ditentukan oleh upaya seluruh rakyat melalui penanaman nilai nilai kesadaran bela negara.
Dalam hal ini Kodam IV/Diponegoro memiliki strategi untuk bagai mana membentuk kader bela negara, setiap tahun mendidik 350 orang,dan meningkatkan pengawasan dan kebangsaan di sekolah, Pesantren, Universitas, dan melaksanakan akan wisata Nusantara bagi pelajar 251 orang per tahunya dan dilaksanakan akan terus menerus. Komunikasi sosial dengan seluruh komponen bangsa terutama pok radikal, eks napiter dan Napiter, Kodam dalam hal ini bermaksud membangun kemampuan rakyat yang terbuka dan terlatih.
Selain itu kami juga melakukan strategi yaitu pendekatan binter dengan melakukan kerja bakti, Karya bakti guna membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pada tahun 2018 ini Kodam sudah ikut serta membangun Jalan Desa,jambanisasi, perbaikan jembatan, RTRH, Saluran Air, Gorong gorong, Betonisasi jalan, Rehab Mushola dll.
Menutup materinya Pangdam mengajak agar kita bersama-sama melakukan pencegahan radikalisme yang berada di Jawa Tengah. Tanpa bantuan para ulama ulama tentunya aparat tidak bisa berbuat apa apa.
Selanjutnya Pernyataan sikap MUI Jateng dalam kesempatan ini Selalu memegang Teguh pada landasan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila sebagai idiologi Pancasila dan Bhineka tunggal ika, Mengajak umat islam untuk meninggalkan terorisme, Mengajak organisasi yang masih berorentasi di dalam terorisme yang bertentangan kepada Pancasila agar segera insaf dan kita kembali kepada NKRI, Berusaha memberikan pendidikan yang baik di sekolah, pondok, kampus dari ajaran radikalisme serta Mengajak para ulama, Ustat, Dosen guru ngaji, guru agama, agar lebih giat menyebarkan agama islam pada umumnya.
Dalam Halal Bi Halal dan Holakoh Ulama ini Pangdam dan Kapolda menyampikan betapa pentingnya kebersamaan dan pentingnya peran para ulama dalam membantu mencegah pengaruh radikal di masyarakat, dan luar biasanya perkembangan medsos juga berpengaruh besar terhadap perkembangan faham radikal.
Di hadiri sekitar 150 orang diantaranya Irjen Pol Condro Kirono (Kapolda Jateng), Kolonel Inf Widi Prasetijono (Komandan Korem 074/Wrt), Letkol Inf Chandra Ariyadi Prakosa,Sip.M.Tr (Han) Dandim 0726/Skh), Kompol Ifan Hariyat , S.H, S.I.K (Wakapolres Sukoharjo), Letkol Inf Teguh Wibowo,S.Sos ( Kasi Intel Korem 074/Wrt), Letkol Inf Achsin,M.Si (Kasi Ter Korem 074/Wrt), Drs. Hasanuddin,MAg ( Komisi Fatwa MUI Pusat), Prof. Dr. Koeswinarno,MA (Kepala Litbang agama Semarang), KH. Dr. Fadlolan Musyafa,Lc.MA, Dr. KH. MA. Sahal Mahfudh ( Ketua dewan pimpinan MUI pusat), Drs.HM. Ichwan Sam ( Sekretaris Umum MUI Pusat), Dr. KH. Ahmad Darodji,MSi (Ketua Umum MUI Jateng ), Drs. H Muhyidin,M.Ag (Ketua Dewan MUI Jateng) dan para Perwakilan MUI Se-Jateng.
Pada kesempatan pertama Irjen Pol Condro Kirono (Kapolda Jateng) menyampaikan materi Deradikalisasi, beliau menyampaikan saat ini banyak penyalahgunaan faham Radikal lewat medsos, dimana mereka berusaha menyebarkan pengaruhnya lewat medsos. Pada forum ini kita semua harus bisa meluruskan Islam yang Lil Alamin yang mengayomi dan melayani umat, dan kalau melayani umat semoga tidak ada yang terpengaruh oleh kelompok kelompok yang tidak jelas.
Deradikalisasi bertujuan untuk memberikan pengetahuan agar merek tidak lagi kembali, penerapan deradikalisasi tetap akan di adakan pemberian sangsi hukum, mencegah radikal melalui deradikalisasi untuk melakukan penyebaran pengaruh agar masyarakat tidak mudah terpengaruh. Indonesia ini masyarakatnya banyak terdiri dari agama, sehingga perlunya ada pemahaman mengenai agama yang benar, yang di sampaikan radikal lewat medsos untuk menciptakan ketakutan, menciptakan teror dan kalau kita terpengaruh maka ini yang menjadi tujuan mereka. MUI Jateng sudah memulai pencegahan masuknya narkoba, dan saya mengucapkan terima kasih, karena MUI sudah mengawali. Kita harus terus bersatu padu untuk memerangi terorisme ini.
Selanjutnya Mayjen TNI Wuryanto (Pangdam IV/Dip) dalam materi yang disampaikan mengatakan bahwa Suatu negara itu ada karna adanya rakyat, wilayah pemerintah yang berdaulat dan tentunya negara Indonesia mempunyai cita cita Nasional, untuk menghadapi semua ancaman yang ada, negara Indonesia mempunyai tujuan yaitu untuk mencapai bangsa yang merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur dan tentunya kesadaran seluruh komponen bangsa juga diperlukan untuk memahami strategi Nasional dalam menghadapi setiap ancaman guna terwujud nya tujuan dan cita-cita bangsa.
Lalu bagaimana ancaman bangsa Indonesia satu ini, saudara sekalian ancaman yang kita hadapi saat ini bukan hanya ancaman militer namun juga non militer yang yang merasuk dalam sendi masyarakat, sekarang ancaman bersifat hibrida, ancaman militer terhadap bangsa Indonesia hanya bersifat konflik kecil. Secara ekonomi sekarang rupiah melemah, secara sosial budaya kewenangan sosial, konflik sara, narkoba, Perdagangan manusia, penipuan, KKN, dan kesatuan hukum yang rendah, bencana alam, teknologi kejahatan Cyber penyebaran virus dan lainya, semuanya dapat merusak bangsa Indonesia.
Berdasarkan data, pada akhir tahun 2016 kekuatan ISIS di dunia berjumlah sekitar 31.500 orang, dan 11.000 orang simpatisan, sedangkan di Asia Tenggara diperkirakan terdapat 1.000 orang simpatisan, dengan jumlah tersebut dunia saat ini sudah kewalahan menghadapi situasi ini dan muncul rasa takut dan mencekam yang terjadi di mana mana, muslim terbesar dunia sekitar 200 juta dari 250 juta penduduk, jika seandainya 0.5% saja menjadi simpatisan ISIS, berati ada 1 juta simpatisan ISIS yang berada di Indonesia, dan ini jumlah yang tidak sedikit dan ini tidak boleh terjadi.
Bagaimana kita akan mencegah dan memerangi radikalisme yang ada di Indonesia ini, kita meliat salah satu dalam Kajian buku, The Future Power karangan Josef S Nye.Jr yang di dapatkan bahwa aspek penanganan fisik bersenjata terhadap aksi terorisme hanya berkontribusi 1% di dalam penanganan akan permasalahan 99% penyelesaian radikalisme ini sangat ditentukan oleh upaya seluruh rakyat melalui penanaman nilai nilai kesadaran bela negara.
Dalam hal ini Kodam IV/Diponegoro memiliki strategi untuk bagai mana membentuk kader bela negara, setiap tahun mendidik 350 orang,dan meningkatkan pengawasan dan kebangsaan di sekolah, Pesantren, Universitas, dan melaksanakan akan wisata Nusantara bagi pelajar 251 orang per tahunya dan dilaksanakan akan terus menerus. Komunikasi sosial dengan seluruh komponen bangsa terutama pok radikal, eks napiter dan Napiter, Kodam dalam hal ini bermaksud membangun kemampuan rakyat yang terbuka dan terlatih.
Selain itu kami juga melakukan strategi yaitu pendekatan binter dengan melakukan kerja bakti, Karya bakti guna membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pada tahun 2018 ini Kodam sudah ikut serta membangun Jalan Desa,jambanisasi, perbaikan jembatan, RTRH, Saluran Air, Gorong gorong, Betonisasi jalan, Rehab Mushola dll.
Menutup materinya Pangdam mengajak agar kita bersama-sama melakukan pencegahan radikalisme yang berada di Jawa Tengah. Tanpa bantuan para ulama ulama tentunya aparat tidak bisa berbuat apa apa.
Selanjutnya Pernyataan sikap MUI Jateng dalam kesempatan ini Selalu memegang Teguh pada landasan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila sebagai idiologi Pancasila dan Bhineka tunggal ika, Mengajak umat islam untuk meninggalkan terorisme, Mengajak organisasi yang masih berorentasi di dalam terorisme yang bertentangan kepada Pancasila agar segera insaf dan kita kembali kepada NKRI, Berusaha memberikan pendidikan yang baik di sekolah, pondok, kampus dari ajaran radikalisme serta Mengajak para ulama, Ustat, Dosen guru ngaji, guru agama, agar lebih giat menyebarkan agama islam pada umumnya.
Dalam Halal Bi Halal dan Holakoh Ulama ini Pangdam dan Kapolda menyampikan betapa pentingnya kebersamaan dan pentingnya peran para ulama dalam membantu mencegah pengaruh radikal di masyarakat, dan luar biasanya perkembangan medsos juga berpengaruh besar terhadap perkembangan faham radikal.