Selasa (06/09/2016). Sebanyak lebih kurang 800 orang Mahasiswa baru
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo (Univet) dari berbagai fakultas mengikuti acara PKKMB (Pengenalan Kehidupan
Kampus Mahasiswa Baru) 2016 yang diselenggarakan oleh pihak kapus dengan
pemberi materi salah satunya adalah Komandan Kodim 0726/Sukoharjo Letkol inf
Taufan Wdiantoro, S.I.P dengan materinya adalah “Bagaimana Peran Pemuda
didalam menghadapi Proxy War. Indonesia sebagai salah satu negara ekuator yang
memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan
kepentingan berbagai negara dunia”.
Pesatnya populasi penduduk di dunia yang tidak imbang dengan
ketersediaan pangan, air bersih dan energi, maka hal tersebut akan menjadi
pemicu konflik-konflik baru, selain ledakan jumlah penduduk dunia, konflik di
Timur Tengah yang berlatar belakang energi juga akan berimbas ke Indonesia.
Proxy war merupakan suatu konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan
menggunakan pemain pengganti atau pihak ketiga untuk menghindari konfrontasi
secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko yang berisiko pada
kehancuran fatal. Perang tanpa bentuk mengancam Indonesia, karena negara-negara
luar berlomba-lomba ingin menguasai Indonesia karena kaya akan SDA (Sumber Daya
Alam).
Lanjut yang disampaikan oleh Komandan Kodim 0726/Sukoharjo adalah dalam
"proxy war" tidak bisa dilihat siapa lawan dan kawan,
tetapi perang tersebut dikendalikan oleh negara lain. perang tanpa bentuk
tersebut sudah terbukti, dengan kasus lepasnya Timor-Timur dari NKRI. Timor-Timur
diperebutkan oleh negara lain, karena di sana ada kekayaan SDA berupa "Greater
Sunrise" yang letaknya antara Indonesia dan Timor-Timur. Saat ini sekitar 70 persen konflik yang ada di
dunia adalah latar belakang energi minyak, yang diprediksi juga akan habis.
Selain itu, dengan strategisnya wilayah NKRI juga pemicu rawan konflik, karena
akan diperebutkan oleh negara-negara lain, seperti konflik atau perang dalam
perebutan pangan, air, dan energi yang itu semuanya ada di Indonesia.
Ancaman kedepan semakin nyata dan perlu diantisipasi sejak dini, karena
itu para pemuda harus selalu di depan dan berperan dalam pembangunan. Selain
itu pemuda harus menjadi contoh dalam kehidupan bermasyarakat dan harus selalu
menggunakan akal pikiran serta nuraninya dalam bertindak. Disini lah peran
mahasiswa yang tak lain adalah pahlawan bangsa dimana mahasiswa adalah pelajar
dengan derajat paling tinggi dan mahasiswa adalah agen untuk perubahan. Sebetulnya untuk mengalahkan “proxy war",
Negara kita sudah memiliki semuanya, yakni Pancasila dan semangat
gotong royong yang tinggi, untuk itu maka mari hidupkan lagi melalui civitas
akademik ini. Untuk itu diperlukan langkah antisipasi dan persiapan yang matang
agar bangsa Indonesia mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan
NKRI. Generasi muda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam
tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan
bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Indikasi adanya “proxy
war” di Indonesia di antaranya gerakan separatis, demonstrasi massa,
tawuran pelajar, perkelahian mahasiswa dengan masyarakat, tawuran antara
kampung, sistem regulasi yang merugikan, peredaran narkoba, dan bentrok antar
kelompok. Oleh karena itu kita semua harus waspada, seluruh komponen bangsa
harus siap dan waspada, khususnya para pemuda harus membekali diri dengan ilmu,
keahlian, dan keterampilan sesuai bidangnya, berwawasan luas, berpengalaman
untuk membentuk karakter dan berwawasan kebangsaan sehingga mampu melawan dan
menghancurkan “proxy war” di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut Komandan Kodim 0726/Sukoharjo memberikan
pertanyaan kepada mahasiswa yang isinya mengapa di peta Indonesia dalam slait
itu hampir seluruhnya bergambar benedera luar dan bukan bendera Indonesia Merah
Putih? Kemudian dijawab oleh salah satu mahasiswi karena perusahaan-perusahaan
besar yang berada di Indonesia dikuasai oleh bangsa asing.