Kasdim 0726/Sukoharjo Mayor Inf Nunung Wayu
Nugroho, SE, mewakili Dandim 0726/Sukoharjo sarasehan dengan ratusan warga MTA Sukoharjo di
gedung MTA Toriyo Bendosari Sukoharjo Sabtu malam (4/6/2016).
Dalam materinya Kepal Staf Kodim 0726/Sukoharjo Mayor Inf Nunung Wayu Nugroho, SE menyampaikan peran Pemuda dan masyarakat dalam menghadapi bahaya laten komunis dan kebangkitan PKI, "Tugas kita semua adalah menjaga NKRI dan
menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara, Saat ini komunisme telah kembali bangkit. Kebangkitan komunisme mengancam
kedaulatan NKRI. Oleh karena itu kita semua harus waspada, seluruh komponen
bangsa harus siap dan
waspada ”. tegasnya. Kasdim juga mengingatkan bahwa komunis sebagai sebuah
ideologi tidak akan pernah padam. Komunis akan bermetamorfosa menjadi
bentuk baru, gerakannya makin sulit dikenali dan menyusup ke berbagai lini
tanpa disadari. Sebagai generasi penerus, kita harus pahami peristiwa 30
September yang dikenal pemberontakan 30S/PKI merupakan fakta sejarah yang tak
terbantahkan pemberontakan kelompok berideologi komunis terhadap pemerintah dan
negara," jelasnya. Untuk menghindari ideologi komunis kembali berkembang
di Indonesia, masyarakat diajak untuk berpegangan pada 4 pilar kebangsaan yakni
Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Bahaya lain yang mengancam Indonesia adalah perang hibrida dan perang proxy (proxy
war) Pesatnya populasi penduduk suatu negara
di dunia yang tidak imbang dengan ketersediaan pangan, air bersih dan energi,
maka di negara tersebut akan menjadi pemicu konflik-konflik baru. Selain ledakan jumlah penduduk dunia,
lanjut dia, konflik di Timur Tengah yang berlatar belakang energi juga akan
berimbas ke Indonesia. Sebab, negara yang kaya energi tidak terbarukan itu
diperkirakan akan mengalami krisis pada tahun 2045. proxy war merupakan suatu
konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk
menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko
konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal. Untuk mengatasinya,
negara-negara tersebut akan menggunakan sumber energi baru seperi energi
hayati, yang notabene terkandung di negara-negara equator, termasuk Indonesia.
Karena tempat konflik yang tadinya karena energi, setelah habis, digantikan energi hayati, mereka ke equator. Karena perang masa kini adalah perang energi. Jadi perang ekonomi, pangan, air, dan beralih lagi ke equator, inilah ancaman bangsa kita," tegasnya.
Karena tempat konflik yang tadinya karena energi, setelah habis, digantikan energi hayati, mereka ke equator. Karena perang masa kini adalah perang energi. Jadi perang ekonomi, pangan, air, dan beralih lagi ke equator, inilah ancaman bangsa kita," tegasnya.