Brigade Alsintan Kodim dan Mekanisme
Penyerapan Anggaran TA 2015” di Hotel Horizon Bandung 4 s.d 6 Desember 2015. Kegiatan pertemuan ini dibuka oleh Aster Kasad
Mayjend TNI Kustanto Widyatmoko Mba dan dihadiri Perwakilan Kementrian
Pertanian RI Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana pertanian yaitu Direktur
Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Ir. Suprapti serta para Pasiter termasuk
Pasiter Kodim, dan Pasi Bakthi TNI seluruh TNI-AD.
Aster Kasad menyampaikan
pangan sangat penting bagi semua negara didunia baik dalam keadaan perang
maupun masa tenang, penekanan dari Aster Kasad agar tingkatkan kerjasama dengan
Dinas Pertanian baik dalam hal administrasi maupun kegiatan dilapangan. Jangan
menyerah dalam giat Upsus dan jangan berpikir mundur, Koordinasi dalam
pelaksanaan program Upsus Swasembada pangan ini dengan baik dan benar
Dandim 0726 Sukoharjo Letkol Inf Riyanto SIP
dalam ceramahnya di hadapan pejabat Pasiter, pasi bakti TNI seluruh Indonesia. Mengatakan Modernisasi pertanian mutlak dilakukan
khususnya pada budi daya padi agar usaha padi menjadi lebih efisien,
produktifitas meningkat dan berujung pada kesejahteraan petani. Ia juga
menegaskan untuk mendukung swasembada beras maka Indonesia sudah saatnya
melakukan modernisasi pertanian dengan penggunaan alat dan mesin pertanian. Ia
mengungkapkan, apabila usaha tani dilakukan dengan mekanisasi penuh, akan ada
efisiensi waktu, biaya dan tenaga. “Hitungan kami, biaya input akan hemat 30
sampai 40 persen dan produktifitas dapat ditingkatkan 10 sampai 20 persen. Arah
moderniasi pertanian memang harus terus didorong Terlebih kaum muda lebih
menyukai menjadi buruh pabrik dibanding terjun ke sawah. Selain lebih
bergengsi, profesi buruh mempunyai pendapatan yang bisa harapkan setiap bulan,
berbeda jika terjun ke pertanian yang mengandalkan pendapatan dari hasil panen.
Saat ini di sejumlah daerah sentra produksi padi sudah mulai kesulitan untuk
mencari tenaga pengolahan lahan, penanam bibit dan panen. tahapan budi daya
padi itu memerlukan tenaga dalam jumlah besar. Keterbatasan tenaga membuat
penanaman serentak di satu hamparan menjadi sulit dilakukan, dan berakibat
semakin sulit dilakukan pemberantasan hama secara serentak. Salah cara untuk
mengatasi hal itu, adalah dengan pola mekanisasi pertanian dari hulu sampai
hulir, artinya mulai dari pengolahan lahan, penanaman bibit sampai panen.
Percontohan Nasional mekanisasi pertanian penuh oleh Kodim 0726 Sukoharjo bersama
gabungan kelompok tani (Gapoktan) Tani Mandiri di Desa Dalangan, Kabupaten
Sukoharjo, Jawa Tengah yang merupakan gabungan empat kelompok tani sehingga
hamparan lahan yang diujicoba mencapai 170 hektare. Kelompok itu kemudian
diberi bantuan, empat traktor roda empat, dua traktor roda dua, tujuh unit
mesin tanam atau “rice transplanter”, 771 unit tray atau kotak tanam, dan satu
mesin panen atau “combine harvester”. Gapoktan itu juga diminta membentuk Usaha
Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) yang akan mengelola jasa sewa
mesin dan pemeliharaannya. Selama 2015 sudah dua musim tanam dilalui kelompok
itu menggunakan mesin pertanian dan mereka mampu membuktikan bahwa pertanian
modern dengan mekanisasi dari Desa Dalangan, Kabupaten Sukoharjo yang tergabung
dalam Gapoktan Tani Mandiri mampu membuktikan bahwa pertanian modern dengan
mekanisasi dari penanaman sampai panen mampu meningkatkan produksi padi dan
menekan biaya produksi."Semula petani masih ragu apakah penggunaan alat
modern pertanian mampu lebih menguntungkan, apalagi pertanian mekanis harus
menghilangkan batas pematang yang ada, dan ini merupakan pekerjaan yang sulit
dan memerlukan pendekatan khusus untuk meyakinkan para petani. tegasnya.