Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Ade
Supandi beserta ibu Ketua Umum Jalasenastri Ny. Endah Ade
Supandi, Laksda TNI Eko Yulianto melaksanakan kunjungan ke PT Sritex di Sukoharjo. Rombongan di terima Presiden
Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto, Wakil Presiden Direktur Sritex Iwan Kurniawan Lukminto beserta jajaran direksi, Danrem 074
Warastratama Kolonel ARH Toto Nugroho S.I.P, Dandim 0726 Sukoharjo Letkol Inf
Riyanto S.I.P.
Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade
Supandi mengatakan saat ini sudah saatnya kita berdaulat di segala bidang
termasuk dalam kebutuhan pangan, sandang dan papan termasuk kebutuhan perlengkapan
militer, dan kita meliliki semuanya. Maraknya Bapres( pakaian bekas) yang masuk
ke Indonesia sangat menghawatirkan dan itu illegal, yang paling berbahaya dari
barang bekas itu ialah penyakit , untuk itu pemerintah harus menukung
pengembangan industry sandang, sebenarnya banyak produk Indonesia yang berkwalitas di jual di luar negeri namun tidak di jual di
dalam negeri. Saya berkeinginan PT Sritex mengembangkan pakaian militer yang
spesifiknya dapat memenuhi kebutuhan prajurit yang bekerja di kapal dengan
resiko yang lebih tinggi seperti tahan api untuk mengurangi resiko, banyak perlengkapan militer yang bisa di riset
di PT Sritex. Seperti swimpes yang dapat mengapung di air dalam jangka waktu
lama.
Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto dalam penjelasannya
mengatakan Berbagai Negara telah memesan seragam militer dengan spesifikasi
yang berbeda, ada seragam tentara anti peluru, anti radiasi, anti nyamuk, anti
api, anti air, dan sebagainya. Bahkan saat ini PT Sritex sedang mengembangkan
seragam militer kamuflase bisa berubah warna sesuai lingkungan alam.
Selain seragam militer, PT. Sritex juga membantu pengembangan Hovercraft milik TNI AD, kemudian tenda, dan ransel militer.
Saat ini untuk seragam militer, kompetitor paling kuat berada di Eropa. PT Sritex tetap menjadi pilihan berbagai negara karena kualitasnya yang terjamin dan masuk standar NATO. Salah satu produk yang kualitasnya sudah terpercaya adalah rompi anti peluru. "Spesifikasi militer sampai level empat, yaitu laras panjang dan serangan jarak dekat. TNI pakai juga itu," tegas Iwan.
Selain itu ada juga ransel serbu yang bisa digunakan untuk pelampung. Jadi jika tas tersebut berada di sungai atau laut, pemakainya masih bisa mengambang. PT Sritex juga kedepannya akan membuat parasut, sehingga tidak lagi impor dari negara lain.
Saat ini sudah 30 negara yang pasukan militernya dibalut dengan seragam buatan pabrik di Sukoharjo itu,antara lain tentara Jerman, Inggris, Uni Emirat Arab, Malaysia, Somalia, Australia, Kroasia, Hong Kong, dan lainnya. Selain anti nyamuk, berbagai seragam militer dengan kemampuan berbeda juga sudah dibuat oleh PT Sritex, contohnya seragam militer anti infra merah yang dipakai tentara Jerman, kemudian, anti radiasi yang dipesan Uni Emirat arab dan Kuwait, anti api yang dipakai Kopassus, dan masih banyak lagi.
PT Sritex yang didirikan oleh HM Lukminto sudah menjadi usaha tekstil terbesar se-Asia Tenggara. Sebanyak 30 negara memesan pakaian militer ke pabrik yang berada di Sukoharjo itu. Selain perlengkapan militer, ada juga produk fesyen dengan merek terkenal yang diproduksi di pabrik Sritex, antara lain Zara dan Timberland.
Selain seragam militer, PT. Sritex juga membantu pengembangan Hovercraft milik TNI AD, kemudian tenda, dan ransel militer.
Saat ini untuk seragam militer, kompetitor paling kuat berada di Eropa. PT Sritex tetap menjadi pilihan berbagai negara karena kualitasnya yang terjamin dan masuk standar NATO. Salah satu produk yang kualitasnya sudah terpercaya adalah rompi anti peluru. "Spesifikasi militer sampai level empat, yaitu laras panjang dan serangan jarak dekat. TNI pakai juga itu," tegas Iwan.
Selain itu ada juga ransel serbu yang bisa digunakan untuk pelampung. Jadi jika tas tersebut berada di sungai atau laut, pemakainya masih bisa mengambang. PT Sritex juga kedepannya akan membuat parasut, sehingga tidak lagi impor dari negara lain.
Saat ini sudah 30 negara yang pasukan militernya dibalut dengan seragam buatan pabrik di Sukoharjo itu,antara lain tentara Jerman, Inggris, Uni Emirat Arab, Malaysia, Somalia, Australia, Kroasia, Hong Kong, dan lainnya. Selain anti nyamuk, berbagai seragam militer dengan kemampuan berbeda juga sudah dibuat oleh PT Sritex, contohnya seragam militer anti infra merah yang dipakai tentara Jerman, kemudian, anti radiasi yang dipesan Uni Emirat arab dan Kuwait, anti api yang dipakai Kopassus, dan masih banyak lagi.
PT Sritex yang didirikan oleh HM Lukminto sudah menjadi usaha tekstil terbesar se-Asia Tenggara. Sebanyak 30 negara memesan pakaian militer ke pabrik yang berada di Sukoharjo itu. Selain perlengkapan militer, ada juga produk fesyen dengan merek terkenal yang diproduksi di pabrik Sritex, antara lain Zara dan Timberland.