Kamis
(17/1) Menteri Sosial RI,DR Salim Segaf Al Jufri,MA mengadakan kegiatan Bedah
Kampung dengan membangun Rumah Sehat-Rumah Tangga Layak Huni (RTLH) sebanyak
130 rumah di Dk.Bangsri Gede,Kl.KrIwen,Sukoharjo Jawa Tengah ,dan menyerahkan
bantuan kepada rakyat Sukoharjo senilai Rp: 2.980.000.000.
Bupati
Sukoharjo,H.Wardoyo Wijaya,SH.MH menyampaikan dalam setiap hari Bedah kampong
ini Kodim 0276 Sukoharjo mengirimkan 50 personil,Polres,50 personil,Kopassus 50
personil,Kostrad 50 personil masih dibantu Karang taruna dan tagana. Bedah
kampong di mula tgl.16 Januari diharapkan pada tanggal 21 Januari 2013 130
rumah selesai dibangun. Kedepan Kabupaten Sukoharjo siap menjadi Kabupaten
sejahtera.
Sementara
sambutan tertulis Gubernur Jawa Tengah yang dibacakan oleh Kepala Dinas Sosial
Jawa Tengah.Drs.Budi Wiwoho Msi,menyatakan Bahwa di jawa tengah penduduk
miskin masih tercatat sebanyak 4.863.000 dan ini telah mengalami
penurunan.untuk itu dalam bedah kampong ini juga ikut mendukung gerakan moral
bali ndeso mbangun desa dalam program pengentasan kemiskinan.
Dalam
Sambutannya Menteri Sosial menyampaikan bahwa Bedah Kampung adalah sebagai
wujud Kesetiakawanan Sosial Menuju Indonesia Sejahtera. Karena gotongroyong
segenap komponen bangsa untuk mengentaskan kemiskinan Kemensos
terus menggiatkan program bedah kampung dengan melibatkan masyarakat secara
langsung. Guna membangun kesetiakawanan nasional, Dari sekitar 45 juta rumah di Indonesia, sekitar 2,3 juta di
antaranya berada dalam kondisi tidak layak huni. Apabila rata-rata per rumah
dihuni oleh 5 anggota keluarga, berarti ada sekitar 1,5 juta penduduk Indonesia
yang belum bisa menikmati kehangatan suasana rumah.
Dinilai kurang layak bisa karena atapnya yang masih belum sempurna melindungi rumah dari panas dan hujan, ataupun dinding yang belum kokoh sehingga mudah roboh diterjang angin, atau belum tersedianya jamban dan kamar mandi keluarga.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, dan ras, terkadang juga rentan terhadap konflik sosial yang berujung kerusuhan. Bangsa ini sudah mengalami berbagai kerusuhan, yang sayangnya sebagian besar diikuti dengan penghancuran dan pembakaran rumah.
Mengacu dua hal Kementerian Sosial (Kemensos) tengah menjalankan program bedah kampung yang sedianya diselenggarakan sejak tahun 2012 lalu. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan 10 juta rupiah untuk setiap rumah sasaran rehabilitasi dan mewajibkan dana itu hanya untuk membeli material bangunan sedangkan perbaikan rumah dikerjakan secara gotong royong.
"Gotong royong kita masih sangat kuat, lihat kalau bencana alam semua bisa kerjasama. Tapi kalau ada bencana sosial, pilkada ribut misalnya, rumah jadi sasaran pengrusakan dan pembakaran. Oleh karena itu, kita dorong program bedah kampung sebagai salah satu perekat bangsa," kata Menteri Sosial (Mensos), Salim Segaf Al-Jufri, saat meresmikan Bedah Kampung Bangsri Gedhe, Kelurahan Kriwen, Kec. Sukoharjo, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah, Sebagai perekat bangsa, bedah kampung bukan hanya menyasar orang per orang, tetapi sumber daya kampung dikerahkan secara bersama-sama untuk peduli dan berbagi dengan orang-orang tidak mampu di kampung mereka sendiri. Dari mulai penentuan rumah yang layak direhabilitasi, rapat kampunglah yang menentukannya secara bersama, perbaikan juga dilakukan bersama.
Program Bedah Kampung juga diikuti dengan bantuan Kredit Usaha Bersama (Kube) dan Perbaikan Sarling (Sarana Lingkungan). Selain itu, TNI dan Polri juga selalu dilibatkan dalam gotong royong.
"Agar yang miskin tidak merasa ditinggalkan negara. Negara itu bukan hanya pemerintah, tetapi kita semua harus bahu membahu. Dananya memang hanya 10 juta rupiah, karena kita harus realistis, ada 2,3 juta yang harus diperbaiki, kita dorong bersama, bahu membahu membangun bangsa," papar Mensos, Salim Segaf.
Bedah Kampung di Bangsri Gedhe, Kelurahan Kriwen, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yang dimulai Kamis (16/1), sebanyak 130 rumah dengan total bantuan 1,3 Milyar rupiah. hasil dari dukungan Yayasan Jamiyyah Ar Rahmah Masyarakat Kuwait. Rumah yang mendapat bantuan, rata-rata masih berdinding gedheg, beralas tanah, atap bocor, dan lebih dari 60 persen belum memiliki MCK. Kemensos juga memberi bantuan Kube masing-masing 20 juta rupiah untuk 13 Kube dimana satu Kube terdiri dari 20 orang. Pada kesempatan itu, Mensos menyerahkan bantuan senilai total 2,98 miliar rupiah yang diserahkan langsung kepada Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya.
Bantuan Sarling juga diberikan untuk 4 Sarling masing-masing sebesar 50 juta rupiah. Mensos Salim Segaf beserta istri juga menginap semalam di rumah penduduk sasaran rehabilitasi yakni di rumah Haryoko (46 tahun) warga RT 2 RW 8 Bangsri Gedhe, pada Rabu (16/1). Haryoko mengaku sangat kaget saat menteri memutuskan menginap di rumahnya.
Sehari-hari Haryoko bekerja sebagai buruh tani sedangkan istrinya bekerja sebagai buruh di Pabrik Garmen di Sukoharjo. Sebagai buruh tani, pendapatan Haryoko tak menentu, pendapatan dari istrinya, rata-rata 900 ribu – 1 juta rupiah tergantung apakah ada lembur atau tidak. Selain dua orang anak yang masih SD, mereka juga menanggung beban dua orang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Ketua Tim Pelaksana Teknis Bedah Kampung, Sri Harna mengatakan, warga yang mendapat bantuan rata-rata berprofesi sebagai buruh tani, serabutan, dan janda-janda tua. Sedangkan kondisi rumah, semuanya masih berdinding gedheg, dan mayoritas belum memiliki MCK.
"Sehingga dana stimulant ini penting agar mereka tidak awing-awangan (ragu-ragu lagi) untuk memperbaiki rumahnya, terutama MCK itu kan berhubungan dengan kesehatan dan produktifitas mereka," jelasnya.
Dinilai kurang layak bisa karena atapnya yang masih belum sempurna melindungi rumah dari panas dan hujan, ataupun dinding yang belum kokoh sehingga mudah roboh diterjang angin, atau belum tersedianya jamban dan kamar mandi keluarga.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, dan ras, terkadang juga rentan terhadap konflik sosial yang berujung kerusuhan. Bangsa ini sudah mengalami berbagai kerusuhan, yang sayangnya sebagian besar diikuti dengan penghancuran dan pembakaran rumah.
Mengacu dua hal Kementerian Sosial (Kemensos) tengah menjalankan program bedah kampung yang sedianya diselenggarakan sejak tahun 2012 lalu. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan 10 juta rupiah untuk setiap rumah sasaran rehabilitasi dan mewajibkan dana itu hanya untuk membeli material bangunan sedangkan perbaikan rumah dikerjakan secara gotong royong.
"Gotong royong kita masih sangat kuat, lihat kalau bencana alam semua bisa kerjasama. Tapi kalau ada bencana sosial, pilkada ribut misalnya, rumah jadi sasaran pengrusakan dan pembakaran. Oleh karena itu, kita dorong program bedah kampung sebagai salah satu perekat bangsa," kata Menteri Sosial (Mensos), Salim Segaf Al-Jufri, saat meresmikan Bedah Kampung Bangsri Gedhe, Kelurahan Kriwen, Kec. Sukoharjo, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah, Sebagai perekat bangsa, bedah kampung bukan hanya menyasar orang per orang, tetapi sumber daya kampung dikerahkan secara bersama-sama untuk peduli dan berbagi dengan orang-orang tidak mampu di kampung mereka sendiri. Dari mulai penentuan rumah yang layak direhabilitasi, rapat kampunglah yang menentukannya secara bersama, perbaikan juga dilakukan bersama.
Program Bedah Kampung juga diikuti dengan bantuan Kredit Usaha Bersama (Kube) dan Perbaikan Sarling (Sarana Lingkungan). Selain itu, TNI dan Polri juga selalu dilibatkan dalam gotong royong.
"Agar yang miskin tidak merasa ditinggalkan negara. Negara itu bukan hanya pemerintah, tetapi kita semua harus bahu membahu. Dananya memang hanya 10 juta rupiah, karena kita harus realistis, ada 2,3 juta yang harus diperbaiki, kita dorong bersama, bahu membahu membangun bangsa," papar Mensos, Salim Segaf.
Bedah Kampung di Bangsri Gedhe, Kelurahan Kriwen, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yang dimulai Kamis (16/1), sebanyak 130 rumah dengan total bantuan 1,3 Milyar rupiah. hasil dari dukungan Yayasan Jamiyyah Ar Rahmah Masyarakat Kuwait. Rumah yang mendapat bantuan, rata-rata masih berdinding gedheg, beralas tanah, atap bocor, dan lebih dari 60 persen belum memiliki MCK. Kemensos juga memberi bantuan Kube masing-masing 20 juta rupiah untuk 13 Kube dimana satu Kube terdiri dari 20 orang. Pada kesempatan itu, Mensos menyerahkan bantuan senilai total 2,98 miliar rupiah yang diserahkan langsung kepada Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya.
Bantuan Sarling juga diberikan untuk 4 Sarling masing-masing sebesar 50 juta rupiah. Mensos Salim Segaf beserta istri juga menginap semalam di rumah penduduk sasaran rehabilitasi yakni di rumah Haryoko (46 tahun) warga RT 2 RW 8 Bangsri Gedhe, pada Rabu (16/1). Haryoko mengaku sangat kaget saat menteri memutuskan menginap di rumahnya.
Sehari-hari Haryoko bekerja sebagai buruh tani sedangkan istrinya bekerja sebagai buruh di Pabrik Garmen di Sukoharjo. Sebagai buruh tani, pendapatan Haryoko tak menentu, pendapatan dari istrinya, rata-rata 900 ribu – 1 juta rupiah tergantung apakah ada lembur atau tidak. Selain dua orang anak yang masih SD, mereka juga menanggung beban dua orang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Ketua Tim Pelaksana Teknis Bedah Kampung, Sri Harna mengatakan, warga yang mendapat bantuan rata-rata berprofesi sebagai buruh tani, serabutan, dan janda-janda tua. Sedangkan kondisi rumah, semuanya masih berdinding gedheg, dan mayoritas belum memiliki MCK.
"Sehingga dana stimulant ini penting agar mereka tidak awing-awangan (ragu-ragu lagi) untuk memperbaiki rumahnya, terutama MCK itu kan berhubungan dengan kesehatan dan produktifitas mereka," jelasnya.